The Real Family: Rumah tangga yang dirindukan syurga
Sebuah tulisan yang terinspirasi dari Tausyiah Ustadz Bendri Jaisyurahman, dengan Tema : Rumah tangga yang dirindukan syurga, Masjid al Falah, Ceger, Jakarta Timur.
Keluarga yang beruntung adalah keluarga yang bersamaw di dunia dan di akhirat. Maka pekerjaan rumah bagi yang sedang ingin mempersiapkan pernikahan dan mungkin bagi yang sudah menikah adalah bagaimana menghadirkan cinta yang abadi. Cinta yang abadi itu adalah energi untuk menjadi keluarga yang beruntung. Cinta yang menjadi penyebab orang-orang yang memilikinya dapat masuk syurga bersama-sama. Dan orang-orang yang memiliki cinta abadi inilah yang dapat kita katakan sebagai The Real anggota keluarga.
Mari kita belajar dari kisah keluarganya Nabi Nuh a.s. Nabi Nuh memiliki anak terakhir, yang mana pada umumnya anak bontot adalah anak yang paling disayang. Singkat cerita, pada masa di azabnya kaum Nabi Nuh, anak bontot tersebut termasuk ke dalam golongan orang-orang yang enggan ikut ke dalam perahunya Nabi Nuh. Anaknya itu binasa bersama orang-orang yang di azab Allah SWT. Setelah mengetahui anaknya tidak mau ikut bersamanya Nabi Nuh berkata, “....Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku termasuk keluargaku, dan sesungguhnya janji Engkau itulah yang benar. Dan Engkau adalah Hakim yang seadil-adilnya." Kita mengetahui semua bahwa anak tersebut merupakan darah daging dari Nabi Nuh, tetapi ternyata pada Al Qur’an surat Huud surat kesebelas ayat 46 Allah menjawab, “Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan), sesungguhnya (perbuatan)nya perbuatan yang tidak baik......" .
Dari kisah ini kita belajar bahwa anggota keluarga sejatinya adalah anggota keluarga yang hidup bersama di dunia dengan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah, bukan dengan kemaksiatan, sehingga bisa sampai di syurga bersama-sama. Dari kisah ini kita juga bisa menjadikan bahan dalam menanamkan pemahaman ke anak untuk menjaga keimanan dan ketaqwaan. Oleh karena itu, jika kita ingin anggota keluarga yang ada saat ini menjadi anggota keluarga sebenarnya, maka semaksimal mungkin di dunia ini semuanya mencari sebab-sebab untuk bisa masuk syurga bersama-sama dan saling menjaga dari api neraka seperti perintah dalam surat At Tahrim ayat 6.
The Real Family telah digambarkan oleh Rasulullah SAW pada do’a untuk pasangan yang baru menikah. Dahulu ketika di zaman jahiliyah, tamu undangan mendo’akan kedua mempelai pengantin baru dengan doa “semoga rukun dan banyak anak”. Sampai pada akhirnya Islam hadir, Rosulullah SAW mencontohkan doa “Barakallahulaka wa baraka’alayka wa jama’a baynakumaa fii khoir” yang artinya “Semoga Allah memberkahimu di waktu bahagia dan memberkahimu di waktu susah, serta semoga Allah mempersatukan kalian berdua dalam kebaikan. (H.R. Abu Dawud no. 2130). Pada doa tersebut rosulullah menitikberatkan pada keberkahan. Dari sini kita bisa ambil kesimpulan bahwa The Real Familiy adalah keluarga yang penuh dengan keberkahan. Keberkahan dalam bahasa arab bisa disebut ziyadatul khoir yang artinya kebaikan yang banyak, atau kebaikan yang banyak dan terus mengalir. Seperti yang dicontohkan juga oleh keluarga Rosulullah SAW yang hidupnya penuh dengan keberkahan. Bahkan keberkahan itu terus ada sampai ke keturunan-keturunannya.
Ternyata rukun dan banyak anak bukanlah suatu indikator keluarga itu bahagia. Bahkan Keluarga Rosulullah saja ada konflik, kita dapat lihat kisah Aisyah yang marah karena cemburu, dan kisah ketika Aisyah difitnah selingkuh dengan seorang sahabat. Konflik bukanlah suatu masalah, tapi justru konflik tersebut merupakan wadah untuk mengupgrade keluarga tersebut. Ujung dari setiap konflik haruslah ridho sesamanya. Banyak anak juga bukanlah salah satu indikator dari keluarga yang bahagia. Bayangkan saja jika ada sebuah keluarga yang punya 5 anak, anak pertama meghamili anak tetangga, anak kedua ketahuan mencuri, anak ketiga membunuh orang, anak keempat dan kelima ketahuan memperkosa orang lain. Na’udzubillahimindzalik, mari kita hindari bersama.
Seorang Bapak adalah pemimpin keluarga. Seorang pemimpin akan dimintakan pertanggungjawabannya atas apa yang ia pimpin. Maka tugas utama seorang Ayah bukanlah mencari nafkah atau mencari makan apalagi mencari uang, akan tetapi membocorkan keberkahan dari langit, sehingga bisa masuk ke rumah. Dan menjadi tugas setiap anggota keluarga untuk menjaga keberkahan itu. Lantas muncul sebuah pertanyaan, apa saja yang membuat rumah tangga penuh dengan keberkahan?. Ada empat hal yang bisa kita bahas kali ini. Tentu tidak hanya empat hal ini, masih banyak hal-hal lain yang membuat rumah tangga penuh dengan keberkahan.
Hal pertama yang dapat membuat rumah tangga penuh dengan keberkahan adalah rumah tangga yang di dasari dengan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Keimanan dijadikan asas untuk bersatu dalam rumah tangga seperti yang dituliskan dalam surat At Thuur ayat 21, “Dan orang-oranng yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka....”. Ketika iman dijadikan asas, maka seorang ayah dalam mencari kerja tujuan utamanya adalah untuk mencari keberkahan bukan hanya mencari uang. Ketika iman dijadikan asas, maka paradigma keluarga adalah akhirat seperti yang tertuang dalam surat Al Qasa ayat 77. Pada ayat ini, Allah memerintahkan kepada kita untuk “mencari akhirat, dan jangan lupakan dunia”, bukan “carilah dunia, dan jangan lupakan akhirat”. Jelas berbeda antara keduanya.
Keluarga yang berorientasi pada akhirat akan membuat pola pengasuhan anak yang juga berorientasi pada akhirat. Anak dibiasakan bangun pagi bukan karena ingin berangkat sekolah, tapi karena untuk sholat subuh. Anak perempuan diajarkan untuk mengidolai maryam sebagai miss universe, bukan miss universe dari Filipina atau Venezuela. Anak diajarkan mandiri dalam hal waktu sholat, bukan hanya sekedar mandi dan makan. Sedangkan keluarga yang berorientasi pada dunia anak bangun pagi hanya ketika berangkat sekolah pagi, sementara sabtu dan minggu mereka bangun siang. Anak perempuannya di ajarkan bagaimana bisa jadi artis dan viral, dilihat banyak pasang mata lelaki dan menunjukkan kemolekan tubuhnya.
Apabila sudah beriman dan bertaqwa maka akan Allah turunkan keberkahan dari langit dan dari bumi. Seperti yang terdapat pada qur’an surat Al A’raf ayat 96, “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” Meski pada ayat tersebut tertulis “negeri”, akan tetapi keluarga juga bisa masuk dalam konteks ayat tersebut, karena elemen terkecil dari sebuah negeri adalah keluarga. Jadi, apabila setiap anggota keluarga beriman dan bertaqwa maka Allah akan turukan keberkahan dari segala arah.
Selanjutnya, setelah didasari dengan keimanan dan ketaqwaan adalah senantiasa diisi oleh amalan-amalan yang mengundang keberkahan, seperti bangun pagi, menghidupkan al Qur’an, memilih rumah yang dekat dengan masjid, sering makan bersama, main hujan-hujanan. Bangun pagi merupakan amalan yang Rosulullah anjurkan dalam haditsnya, “Ya Allah berkahilah umatku diwaktu paginya” (HR. Abu Daud 2606). Aktivitas makan bersama mungkin sering dinilai sebagai aktivitas yag biasa saja, padahal terdapat hadist yang melandasinya sebagai aktivitas yang mengundang keberkahan. Seorang sahabat bertanya kepada Rosulullah, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami makan dan tidak merasa kenyang?”. Beliau bersabda, “Kemungkinan kalian makan sendiri-sendiri.” Mereka menjawab, “Ya”. Beliau bersabda, “Hendaklah kalian makan secara bersama-sama, dan sebutlah nama Allah, maka kalian akan diberi berkah padanya.” (HR.Abu Daud no, 3764). Aktivitas-aktivitas tersebut bisa mengundang keberkahan dan dapat membuat individu-individu yang melakukannya menjadi individu yang penuh berkah.
Ketiga, hal yang membuat rumah tangga menjadi berkah adalah tetap menjaga hubungan yang baik dengan orang tua. Meski sudah menjadi pemimpin keluarga, seorang suami masih harus berbakti kepada orang tuanya apalagi Ibu. Ibu harus tetap dijadikan cinta pertamanya. Dan seorang Istri wajib mensupport hubungan baik suami dengan ibunya. Begitupun seorang istri juga wajib berbakti dengan orang tuanya dengan aturan-aturan yang benar. Keempat, yang juga tidak kalah pentingnya adalah jangan sombong. “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (Q.S. Luqman ayat 18). Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong, termasuk menyombongkan diri dalam hal keluarga, seperti menganggap rumah tangganya lebih baik dibanding tetangga yang sering terjadi konflik.
Empat hal inilah yang menjadi penyebab-penyebab hadirnya keberkahan di dalam rumah tangga kita. Bagi yang sudah menikah, tidak ada kata terlambat untuk bervisi menjadi The Real Family dan bagi yang sedang mempersiapkan, ini menjadi pekerjaan rumah yang lebih penting ketimbang harga resepsi. Tentu masih banyak lagi hal lain yang mesti kita pelajari agar keberkahan terus hadir di Rumah. Karena keberkahan itulah yang membuat keluarga kita menjadi keluarga yang bahagia, bersama di dunia dalam keimanan dan ketaqwaan, bersama di syurga, menjadi The Real Family. Aamiin
Komentar
Posting Komentar